MUAL

Apa yang anda lakukan ketika mual mendera? Mual, mules, perih, kembung, keluarga besar sakit di lambung. Barangkali minum obat maag, teh manis, jahe dan bandrek menjadi salah satu jalan ke luar untuk menghilangkannya.

Tetapi tahukah Anda sobat, ternyata ada mual yang jauh lebih kronis dari penyakit fisik di atas? Karena hal inilah banyak yang memilih menunggu bertopang dagu, menanti rezeqi tanpa bersusah payah. Inginnya makmur dengan instan. Pergi ke dukun, pesugihan dan praktek klenik lainnya. Ini sebuah contoh saja. Mungkin hal seperti ini sudah tidak ada? Dan ada yang tanpa klenik tapi profesi menjual iba, menjadi pengemis! Meminta-minta di lampu merah, di mikrolet. Kekurangan fisik menjadi andalan utama. Padahal jika saja mau berkaca, banyak sekali sahabat yang disable, sukses meniti karir, berpendidikan tinggi dan benar-benar luar biasa menunjukkan bahwa mereka mampu berkarya dengan sangat baik.

Yang malak bukan pengemis, itu bulliying, kriminal. Kalau sahabat naik metro mini di Jakarta, banyak dijumpai mereka yang sambil mabuk, pakai jurus ngibul, plis Pak Bu bantu kami menebus sahabat kami yang terluka di rumah sakit. Seribu dua ribu tidak akan membuat Anda miskin. Haa? Enak amat ya…..

Ya, yang begini ini penyakit mual penyebab jatuh miskin. Lho? Tentu, karena mual di sini adalah MMMUALAS KERJA!

Tikus Menggugat


Hai! Aku Rattus rattus, bangsa penge-rat, biar simple panggil aku Rat aja ya. Hmmm, sebenarnya aku makhluk imut, ngganteng, nggemesin. Kumis tipisku persis Zoro lho! Anehnya, segitu udah dijelasin aku tuh good looking, banyak manusia, terutama perempuan jerit-jerit melihatku. Kesengsem kali yaaa…. Hihihi….

Rumahku imut persis akyu, di G0A, lubang di dalam tanah. Hmm, ada yang salah nih. Tepatnya di goa, kecil toh. Aku bebas merdeka. Nyempil di tembok, di kardus sepatu, di lemari. Pokoknya luaasss di mana aja kusuka…..

Seperti umumnya bangsaku, aku kalonger, hewan nocturnal, aktif di malam hari aja. Saat manusia tertidur, itulah waktunya aku beraksi. Mengendap berburu makanan sisa. Kalau apes, apapun bisa digilas perutku. Di rumah ga sukses, terpaksa ke luar dari goaku. Yuhuu, thanks berat buat Ummi. Rajin amat blio buangin sampah organik di kebun. Ya udah, ini rezeqiku. Sebenarnya sie bagiku ini seperti simbiosis mutualisma. Sampah berkurang, aku kwenyang . Fifty-fifty laa… Walah, hujan. Waktunya masuk istana. Ga seperti tikus got, aku anti air!

Huahhh… Sudah pagi lagi. Rumah ramai banget sie. Baru aja aku terlelap, suara kaleng klontang-klontang. Puyeng dahh… Kalo udah kaya gini, aku jadi ingat Jerry, sobatku. Ia tikus makmur, selebritikus. Rumahnya adem di dalam tembok. Sesekali ia masih dapat makan keju atau roti yang kelupaan ditaro manusia. Salah sendiri, ini naluri kami buat survive, nggak kami bukan kleptomania, kami ini apa yaaa… Kami iniii keren aja gituh. Xixi…

Benar-benar deh berisiknya. Ada apaan sie? Keluar sarang ahh… Selinap-selinapp… Hupp, gotta! Berhasil ngumpet ke dalam kursi yang kainnya bolong. Bisa ngintip dah.
Ooo… Jadi ini biang keroknya. Penghuni rumah lagi serius liatin tv yang lagi nayangin demo mahasiswa atas maraknya kasus korupsi yang ga kelar-kelar, melar melebar, gelar tikar, ngiler! Tidur mulu tuh!

Eh, tunggu. Mengapa mereka bikin replika kerabatku segede begono ya? Pake dibakar-bakar segala! Wuih, jelas tersinggung dong aku! Masa manusia menjadikanku simbol koruptor? Nggak banget deh! Ga level! Ok, kami memang suka ngumpet-ngumpet curi makanan. Tapi kami ga kemaruk! Mana muat perut kami? Marah besarrr! Ingat man, tidak ada sesuatu pun dalam penciptaanNYA yang sia-sia. Mungkin kami dianggap menjijikkan. Tapi coba kalian pikirkan! Hidup kami mengais, menggerogoti sampah yang membusuk. Apa jadinya bumi tanpa kami? Kami makhluk yang kuat meski berbagai buangan kotor melesak dalam perut kami!

Please deh man! Maaf aja ya, kami tidak seburuk para koruptor itu. Sudah kaya, serakah pula. Mengerikan. Kami sekedar menghentikan bunyi keroncongan saja. Kami…. Hiks hiks…. Speechless….

Duh, manusia-manusia. Kami ini jadi simbol yang buruk-buruk aja… Kupikir kalian juga mengidap KTT, Kegilaan Tingkat Tinggi. Pedih kami saat keluarga kami dibantai, dijadikan sate, baso, dendeng. Seolah makhluk ningrat raksasa si sapi mahal itu. Manipulasi saja hatimu. Pasti krenyes-krenyes menipu umat. Atau mungkin karena terlalu cinta pada dunia? Oooh…. Sungguh terlalu!

Lagi-lagi kami jadi kambing hitam! Tunggu dulu lagi! Mengapa akhir-akhir ini Si Ummi suka banget nulis kambing ya? Apakah ia peternak kambing yang gagal? Atau karena penggemar berat Si Shaun? Atau jangan-jangan… Ia kambing? Ahahaha… Mbeeeekkk…

Sudah ah, nimbrung ngeliat tv bikin senewen. Mendingan balik ke gua and….. Zzzzz…..