GELAS KACA

Lazimnya sebuah gelas yang dibuat dari kaca, ia sangat mudah retak, pecah, jatuh hingga hancur berkeping-keping. Jika sudah berserakan, apakah ia akan bisa direkatkan secara utuh kembali? Bisa saja barangkali, tetapi pasti memakan waktu yang lama dan ada ‘bekas’ jejak retak yang ditinggalkan. Seperti sebuah puzzle, ia bisa disusun kembali, membentuk sempurna sebuah gambar dengan goresan-goresan yang terbentuk di dalamya.

Perempuan jelas nyata perbedaan secara fisik dan karakter dengan laki-laki. Perempuan dengan kehalusan peasaannya, secara umum lebih mudah tergores apabila terluka hatinya. Perempuan akan mudah patah apabila ditegur secara keras dan akan tetap bengkok jika dibiarkan berada dalam kesalahan.

Di zaman yang terus dinamis seperti saat ini, sudah bukan waktunya perempuan muslimah duduk santai berleha-leha, sedangkan tantangan di luar sudah sedemikian keras dan beringas. Kepungan ghazwul fikri, perang pemikiran yang berupaya memerosotkan aqidah umat Islam yang secara massif menggempur di setiap lini kehidupan. Sebaik-baik pertahanan adalah kembali kepada Al Quran dan Sunnah. Kita harus kuat iman, kuat lahir dan batin.

Membaca kembali perjalanan salafush shalih, belajar dari perjalanan Ummahatul Mukminin, belajar dari shahabiyah tangguh yang teguh tegar berjuang menegakkan kalimat tauhid, tergambar nyata kekuatan iman yang menghiasi keseharian mereka. Sudah bukan waktunya kita bermanja-manja bersantai membuang waktu percuma dengan membaca novel-novel roman mimpi atau apapun yang bisa melalaikan dari mengingat Allah. Buang jauh-jauh tayangan-tayangan sinetron ga bermutu dan musik-musik hingar bingar. Kita, muslimah, biarkan kita kembali mendekat kembali ke ajaran Islam. Apapun kepungan ghazwul fikri yag menghantam kita, kita memiliki benteng yang kukuh, Allah sebaik-baik tempat berlindung dan bersandar.

Kita berusaha menjadi muslimah tangguh yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertobat, yang beribadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan (QS At Tahrim 66 : 5). KIta ingin mengikuti jejak Ibu Siti Khadijah, radhiyallahu anha yang sangat cinta dan taat kepada suami, Nabi Muhammad Shalallaahu ‘alaihi wa salam, beliau rela mengorbankan seluruh hartanya untuk jalan dakwah. Kita ingin belajar dari kecerdasan Ibunda Aisyah radhiyallahu anha yang sanggup menjadi sumber ilmu bagi umat, kita ingin belajar dari Asma Binti Abu Bakar yang dermawan, kita ingin belajar dari ketegaran Ummu Sulaim yang kehilangan anaknya, namun sanggup bersabar, dan bermuka manis di depan suaminya, Abu Thalhah. Dan masih banyak lagi kisah para shahabiyah yang bisa kita ambil pelajaran agar kita bisa menjadi muslimah tangguh yang tahan banting, muslimah yang kuat menghadapi ujian dan tantangan hidup dengan keimanan yang kuat melekat hingga ajal menjemput. Aamiin.

Pendapat Sahabat :