DAUN SINGKONG

Pada senja saat saya melintasi tanah ini, matahari demikian bulat sempurna. Tanpa bias di sekelilingnya, saya bisa mengagumi keindahannya tanpa kacamata dengan filter khusus. Keterbatasan lensa hape, plus bidikan yang masih amatir membuat gambar yang ditampilkan tidak seindah kenyataannya.



Mengapa judul foto di atas daun singkong? Perhatikan pada pojok sebelah kiri atas, di atas samar gambar masjid, terdapat shilouet daun singkong. Sudah ketemu kan? Memang seperti terlalu dipaksakan antara foto dan judul. Inilah salahsatu keunggulan dan keasyikan ngeblog, ga nyambung juga santai saja. Hehe….

Daun singkong, sayur yang kaya akan kalsium, vitamin A dan C ini, nikmat diolah sebagai lalapan, buntil, urap, dlsb.
Karena mengandung ikatan cyanogenic, zat yang menghasilkan racun, sayur ini harus dikonsumsi dalam keadaan matang, tidak boleh dimakan mentah. Kandungan asam oksalat dan asam fitat, kedua zat ini dapat bereaksi mengikat dan mengendapkan kalsium, sehingga tidak dapat diserap ke dalam dinding usus. Asam oksalat akan dikeluarkan melalui ginjal dan sering mengendap membentuk batu ginjal. *

Semula saya kurang menyukai mengonsumsi sayur ini. Namun, sejak saya rajin ke Rumah Makan Padang buat menikmati rendang, jadilah saya penggemarnya. Rasanya nikmat ditemani sambal ijo dan nasi panas.

Barangkali karena hal ini pula, menggemari rendang dan lalap daun singkongnya, saya dipertemukan dengan pria Padang yang kemudian menjadi suami saya. Katanya, pria Padang itu ganteng, meskipun relatif sie kriteria setiap orang itu. Suami saya termasuk di antaranya. Ciee….

Ada tips tentang pengolahan daun singkong ini. Rebuslah dalam air yang sedikit atau secukupnya hingga daun terendam agar vitamin yang ada di dalamnya tidak hilang karena proses memasak. Masukkan sayur dalam air yang sudah dididihkan terlebih dahulu, tambahkan sedikit garam. Segera angkat setelah cukup matang, kemudian siram dengan air matang dingin agar sayur tetap berwarna hijau cerah.

Salam hangat.

* Majalah Ayahbunda

44 pemikiran pada “DAUN SINGKONG

  1. oh baruk caroge tetehteh ning urang sebrang….
    percanten pasti ganteng…

    teh ju di tasikmah pami lalab daun sampeu sambelna sambel tarasi medok, ayeuna tos di bogor robih sambelna sambel ijo hehe muhun da sami meserna ti rm padang…. bentena sareng teteh abimah sanguna sok sina tiis heula….kenging di tiupan…

    • Sumuhun sami Kang, sanguna supados pulen, kedah diakeul heula, dikipas ku hihid. Langkung raos, oge henteu gampil haseum. Daun sampeu, dicoel sambel tarasi mah, mindo deui mindo deui. Hahaha… Ieu mah memang RW 06, rewog. 😀

  2. kalau daun singkong yang digabung dengan rendang atau masakan padang yang lainnya sih memang enak mbak.

    cuma kalau langsung dimakan daun singkongnya tanpa dengan campuran tadi serasa pahit banget.

    Tapi ada cara jika ingin tidak pahit, kalau tanteku menggunakan cara direbus dulu bersama tanah liat. Dan ajaib rasanya ndak pahit. Entah gimana metodenya tuh he he…

    • Iya, Fin. Daun singkong akan lebih sedap jika ditemani lauk lainnya, sambal terutama.

      Ide Tantenya boleh juga. 🙂
      Memang dari yang saya baca, jika kita hendak merebus ramuan herbal, dianjurkan menggunakan perkakas dari tanah liat. Mungkin alat inilah yang mereduksi rasa pahit yang timbul.

    • Ini sejarah awal saya menyukai daun singkong. karena tidak gratis, sayang kalau daun singkongnya tidak dimakan. ternyataaa… Eh, sedapp. Jadilah saya suka banget. Dicoel sambel terasi juga hayu, maknyusss. 😀

  3. Daun singkong sayur favorite aku juga Mbak Lia..Di rebus dimakan dengan sambel hayuh, apa lagi yang digulai dengan santan, njlebbb..banget deh rasanya..Namun akhir2 ini mengurangi konsumsi daun singkong, katanya bisa memperparah lututku yg mulai sakit-sakitan hehehe..

    • Daun singkong memang tiada duanya Mbak Vi, bikin nambah makan. hehe…

      Kabarnya memang demikian, bagi yang bermasalah dengan lututnya, harus mengurangi mengonsumsi daun singkong.

  4. Wah, saya dan istri juga suka banget masakan daun singkongnya warung padang. tapi gak makan disitu, cuma beli sayurnya doang plus sambel cabe ijo yg bikin ketagihan 😀

    • Kalau saya tergantung sikon saja. Jika sudah kelaperan, baru makan di tempat. Hehe..

      Sambal terasi, sambal ijo itu rasanya jempolan. 😀

  5. Stereotipe cowok Padang emang putih dan ganteng, yah. Cowok Sunda juga gak kalah ganteng kok hahaha *mendadak SARA* 😀

    Paling mantap kalo dibikin buntil, Teh 😀

    • Pria Sunda itu maranis. Hehe.. Berhubung saya kadung kesambet cinta, jadinya dengan pria Padang. 😀

      Buntil? Wahh, itu salahsatu favorit saya El. Rasanya mantap. 🙂

  6. sudha lama mbak, aku nggak makan daun singkong, pernah nyoba ya nanam di sini, bawa 3 batang kecil dr tanah air, keluar sih tanaman singkongnya, tapi ngak tinggi tinggi, dan akhirnya mati krn nggak kuat dingin

    • Berarti tanaman singkong hanya dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis ya Mbak El… Seperti pohon pisang yang Mbak El ceritakan dulu, dapat tumbuh justru di dalam ruangan. Menjadi unik dan mahal. Mungkinkah tanaman singkong ini dapat juga tumbuh jika diletakkan di dalam ruang yaa…? 🙂

      • iya bener mbak, bakalan bertahun tahun kali nunggu hasilnya.

        sudah saya coba lho mbak, memasukkan ke dalam ruangan tapi mati 😦

        kalau pisang sampai sekarang masih hidup tuh tapi ya itu sudah bertahun tahun segitu aja, kapan berbuahnya ya ?kali nggak akan, mending langsung beli di toko deh 🙂

        • Maaf, baru sempat saya jawab sekarang Mbak El..

          Pohon pisang tangguh juga di sana ya.. Buahnya lebih suka ngumpet. Hehe.. Setuju, terlalu lama berbuah, beli langsung hap. 🙂

Tinggalkan Balasan ke cumakatakata Batalkan balasan