NYONTEK

Gambar poster ini saya dapatkan ketika menemani anak bujang saya mengikuti kegiatan di salah satu sekolah swasta di Bandung. Poster ditempel di mading sekolah yang terletak tepat sebelum para murid menaiki anak tangga menuju kelasnya masing-masing. Sebuah sugesti postitif.

Gerakan Anti Nyontek Nasional dideklarasikan pada bulan April yang lalu ketika para pelajar SMU hendak menghadapi UN. Sudah berlalu memang. Namun esensi yang diusung tidak pernah usang, mengajak seluruh pelajar mengedepankan kejujuran.

Solusi anti nyontek cuma satu, belajar. Ingin meraih nilai yang tinggi dengan cara cepat, tanpa harus bersusah payah. Jadilah contekan, bocoran atau apapun dicari, dibuat dan dilakukan. Ini hanya oknum. Saya percaya, bangsa ini tetap menjunjung tingi kejujuran.

Lalu, apa saya pernah menyontek? Jujur saja, pernah.Jangan ditiru. Saya ingat, waktu itu saya lagi imut-imutnya, cieee, masih duduk di bangku SMP. Di antara semua pelajaran, yang paling tidak saya sukai adalah kesenian. Tidak tau kenapa, membaca not lagu seperti horor buat saya. Ga ngerti-ngerti (memang parah :mrgreen: ). Nilai bisa tertolong, karena saya berani tampil cuap-cuap meskipun suara pas-pasan Hehe… Pas ujian semester, saya ingat banget, waktu itu saya ga tahu jawaban No. 18. Sambil gugup, syetan nyelinap nyuruh saya lihat buku di kolong meja. Sudah tau musuh yang nyata, malah diikutin. Ya udah deh, saya nyontek khusus buat soal yang horor tadi. Selanjutnya ga pernah lagi, kapok saya. Ga tenang sob. Terlalu bodoh jika harus menggadaikan nilai karena menyontek. Biarlah nilai kecil, itu konsekuensi yang harus diterima akibat malas belajar.

Ketika para pelajar berani berikrar untuk tidak menyontek, memegang kejujuran. Saya membayangkan, jika di setiap pintu menuju ruang kerja para pengendali negeri, ditempelkan slogan hidup jujur ini, terserah bentuknya bagaimana. Apakah dapat menyentil nuraninya agar lebih amanah dalam bekerja? Duh, su’udzhan saya langsung nongol, jangan-jangan buat bikin slogannya aja jadi ‘proyek’! Huaaa… Lha, masa iya tulisan jadi slogan tho? Sebenarnya yang perlu dibuka adalah tabir mata hatinya.

Ketidak jujuran hanyalah penundaan waktu terkuaknya. Tidak di dunia ini, ke mana kita akan lari dari pengadilan akhirat ketika mulut, kaki dan tangan terkunci? Tidak ada sesuatu yang luput dari pengetahuanNYA. Masihkah kita mampu sembunyi?

65 pemikiran pada “NYONTEK

  1. jujur itu kebiasaan ya mbak, kalau dari sononya sudah biasa nggak jujur, dikasih slogan apapun nggak akan mempan deh

    salut tuh mbak sama gerakan anti nyontek nasional, semoga benar benar sukses gerakannya

    • Iya, Mbak El. Kalau sudah terbiasa tidak jujur, mungkin merasa tidak bersalah melakukannya. Padahal, kebohongan sekali, akan diikuti dengan yang ke dua, tiga, dst. Tinggal menunggu waktu saja hingga terungkap kebenaran.

      Deklarasi GANN Bandung, diikuti puluhan sekolah. Juga serentak di nusantara, dengan nama yang tidak sama, pointnya selaras, mengajak hidup jujur.
      Semoga ini indikasi postitif dari generasi muda menuju Indonesia yang lebih baik. πŸ™‚

  2. Aku juga pernah nyontek Mbak Lia. Habis waktu seumuran segitu mana pula kita bisa berpikir bahwa nyontek hanyalah kebohongan pada diri sendiri. Yang kepikiran cuma nilai dan yang penting kayaknya juga cuma itu, gak ada yang lain. Lagi pula aku jarang mendengar guru berkata apa kegunaannya kelak jika kita pandai dalam mata pelajaran yg diajarkannya. Jadi untuk menyederhanakan masalah yah nyontek saja lah kita. Kalau saja aku memiliki kebijaksanaan wanita hampir 50 waktu remaja, pasti sekarang sudah pinter banget hahahah..Sayangnya kita membutuhkan waktu dan waktu saya begitu lama…

    • Rasanya memang terlalu muluk Mbak Vi, mengharapkan remaja dengan sifat yang lurus total, tidak fair. Sementara yang sudah dewasa pun perlu proses ke arah sana.

      Juga perlu ditelaah kenapa seseorang menyontek. Mungkin tuntutan nilai akademis terlalu tinggi, sementara fasilitas pendukung tidak ada. Kalau tidak lulus, artinya banyak lagi biaya yang harus dikeluarkan. UUD, ujung-ujungnya duit.

      Apalagi kalau menyontek kolektif, yang nyeleneh jujur malah dikucilkan dan terlihat aneh. Bingung. Ada apa ini?

      Saya waktu remaja cuek sama nilai. Yang saya pikirkan, hari Minggu saya akan main ke rumah siapa? Hahaha…

  3. semoga saja “Gerakan Anti Nyontek Nasional” bisa terlaksana dan terpatri dalam setiap jiwa anak didik.. untuk mengharamkan menyontek dalam bentuk apapun.

    sudah banyak slogan yang di kampanyekan tapi nyatanya slogan tinggal slogan… masih ingatkan “katakan tidak pada korupsi” hehe nyatanya kasusnya sekarang sedang berkembang…

    • Aamiin. Menjadi sifat yang tertanam untuk bekal di masa depan. πŸ™‚

      Itu tea Kang. Slogan sebatas janji manis kampanye, pengusung anti korupsi malah jadi pelaku korupsi ketika harta dan tahta demikian menyilaukan. Serab ku dunya. Belum impas mungkin Kang..

      • ah teh,, nu jelasmah sararakah hehe… teu kapikiran kitu yen dunyamah moal di bawa modar, nu di bawa modarmah ngan saukur boeh, amal ibadah… inget melak bonteng pasti jadi bonteng.. (punten kasar, saking kesel)…cing atuh sing malikir.. ulah ngaberung nafsu,

        • Biasa lah Kang, pami atos janten gegeden mah hilap ka rahayat. Mung saukur ngawakilan impenan wungkul. Bumi gedong tos diwakilan. Mobil herang tos diwakilan. Artos bro di juru bro di panto. Makmurr tah. Sakali deui, mugi2 mung oknum wungkul. Mudah-mudahan mah aya keneh anu amanah.

          • nu amanah masih aya teh mung saalait,,,,

            mugi bae ka payunmah para pangagungteh sing seueur ti jalmi jalmi anu amanah,anu daek mirosea ka rahayat leutik…

            • Aamiin. Insya Allah, mugia urang dipaparin pamingpin anu amanah, ngajait kasesah rahayat alit. Atuh henteu oge urang tiasa ngabantosan anu sanes sanaos mung imut tur rupa nu sumringah komo deui pami langkung mah, matak bagja pisan.

              • muhun teh,,, ulah sapertos para pamimpin ayeuna…hehe… saribuk teuing melaan partai jeung golonganana… rahayatmah kurang di pirosea…

                • Sawios nyanggakeun wae ka nu Kagungan. Pami waktosna mah, anu teu jujur teh lengser ka nu lesehan lusuh, hotel prodeo. Bade ka mana lumpat, angger wae hate mah teu tiasa dibobodo, diudag-udag ku kalepatan nyalira. Bongana nilep, mugia sadar samemeh ditilep ku kaen kafan.

                  • muhun teh… tos di kawitan ku sababara kasus anu nyered para elit partai… komo pami kasus hambalang di usut tuntasmah, seueuer sapertosnamah nu bade ngalinggihan hotel prodeoteh..

                    • Atuda korupsi tea sapertos rante, pakait-kait. Ngemutan nagara mah lieur. Saurna mah, matak botak sirah. Alim teuing. Hehe.. Hatur nuhun pisan kersa rurumpaheun di Rumah Kecil. πŸ™‚

  4. Moga2 menyontek tidka menjadi budaya dalam kehidupan kita terutama bagi generasi saat ini agar kedepannya kita memiliki generasi bangsa yang berkualitas yang mempu bersaing dengan negara maju lainnya

  5. semoga slogannya tidak hanya menguap begitu saja namun dapat diaplikasikan secara nyata didunia pendidikan kita yang merupakan salah satu tonggak dari pemberdayaan manusia itu sendiri…

    • Whoaa, keren. Saya mendukung banget kebijakan tersebut. Salut. Kejujuran, sifat yg mutlak mesti ada untuk terjun di masyarakat ke depannya.

  6. saya tanamkan pada anak2 saya..untuk isi jawaban secara jujur! ga usah nyontek, baik lewat buku atau nanya teman..(lah kalo yg ditanya malah salah? repot! 😦 ) . Rasanya meski nilai akhir cuma 6, tetap bangga! itu nilai murni alias usaha sendiri!

    • Kebijakan memang harus tegas Dy, lembek dikit membahayakan pendidikan itu sendiri. Menyiapkan generasi muda yang jujur perlu ekstra keras. Salut buat STAN.

      Terima kasih kunjungannya. πŸ™‚

  7. hemm dulu saat waktu SMP juga pernah nyontek.. dan rasanya bener2 ndak puas. Karena belum menunjukkan kemampuanku sesungguhnya. Entah sejak mulai kapan, akhirnya aku berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mencontek. Karena itu yang akan menunjukkan seberapa besar kemampuan kita sesungguhnya.

    menurutku menyontek adalah salah satu cabang dari penipuan.

    • Dulu saya sempat galau juga Fin, ketika melihat teman-teman menyontek, notabene nilai mereka lebih baik. Sementara saya yang ngos-ngosan belajar sks, dapat nilai seadanya. Alhamdulillah nyonteknya ga kelamaan. Hehe..

      Setuju banget. Nyontek itu menipu diri sendiri, almamater dan negara. Nilai boleh tinggi, namun hati tidak tenang.

    • Kita berhusnudzhan saja, barangkali mereka ingin menyebarkan kebaikan tapi lupa menyantumkan sumber awalnya. πŸ™‚

      Terima kasih kunjungannya.

    • Euleuh geuningan.. πŸ˜€
      Biasa lah Kang, waktos sakola patiron-tiron mah paribasana solider tea. Sayah mah waktos SD mah, asli jujur, pami ujian sareng rencang sabangku, dipindingan ku buku dugi ka luhur. Ahahaha, pikaseurieun, kumedit pisan. Tah, salajengna nembe kakontaminasi. :mrgreen:

      • Wah, abdi mah kaleresan sabalikna.
        Nuju SD mah bageur ka rerncangan teh. Tapi atos lebet SMP, SMA sareng Paguron Luhur mah tiasa disebatkeun MEDIT…. Da atos apal teu kenging SILIH BANTOSAN DINA KAAWONAN

  8. makanya negeri ini adalah rumahnya para koruptor.. coz masih sekolah aja sudah diajarin nyontek/ curang sama gurunya. liat saja un, grunya ikut ujian juga dan kasi jawaban ke siswanya…menyedihkan. Ayo jujur

    • Memang miris melihat banyaknya kasus tsb di lapangan. Ada sesuatu yang bergeser dengan sistem pendidikan kita. Terlalu mengedepankan nilai akademis dengan menelantarkan nilai moral yang harus seiring sejalan.

Tinggalkan Balasan ke Hijihawu Batalkan balasan